Matilah sebelum Mati dan Jadilah Cahaya Tuhan
Seorang murid bertanya, "Apakah ada jalan lain untuk mendekati Tuhan selain shalat?"
"Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Bagaimanapun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk luarnya saja: yakni hanya "bungkus" shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah "bungkus." Ucapan takbir, pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya. Begitu pula ada sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan iman yang diucapkan lidah karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memiliki awal dan akhir adalah "bentuk," "bungkus"; sedangkan, "jiwanya" tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikal dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat sebagaimana yang kita ketahui dan kita laku-kan saat ini adalah hasil rumusan para nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan shalat, pernah bersabda, "Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu tidak terdapat ruang baik untuk nabi penanggung pesan ataupun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku." Maka kita mengetahui bahwa "jiwa" shalat tidak terletak hanya pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidaksadaran seluruhnya selama semua melakukan suatu bentuk luarnya karena di sana tidak ada ruang, tetap berada di luar. Pada jenjang ini tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekalipun.
Ada sebuah cerita mengenai Maulana Baha'uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana). Ketika waktu shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa saat shalat telah tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Meski demikian, dua pengikui tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satu pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat sedangkan mereka berdua yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.
Sang guru telah melewati keadaan kesadaran ego dan memasuki keadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai makna perkataan Nabi, "Matilah sebelum engkau mati." Dia kemudian menjadi Cahaya Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahaya Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungnya ke kiblat, karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka'bah sebagai arah shalat untuk seluruh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi arah shalat karena atas Nama-Nyalah Ka'bah menjad kiblat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar