Selasa, 29 Desember 2009

Oh Kekasih

Dua kekasih yang berasik mansyu', suara keras akan mengganggu suasana, belaian lembut sudah cukup mengisyaratkan kemesraan.

Suaraku tak bisa keluar karena engkau sudah menangkap maksudku
Hasrat jiwaku sudah bicara langsung padamu wahai kekasih
Kerinduanku sudah menyatu dengan perilaku
Bagaimana mungkin engkau tidak tahu kekasih
Oh, kekasih

D, 30 Desember 2009

PUPUK PUSPOJIWO

Mereka berkata dunia ini ''kotor''an
Sebagaian para pejalan memandang dari kejuhan
Menghindar jauh dari lumpur menjijikan
Agar tetap bersih saat pulang ke rumah idaman


Wahai Yang Tak Terbantah
Aku tak mampu bersih dari tarikan kotornya tanah
Jadikanlah kotoran ini pupuk bunga jiwaku yang lemah
Agar diakhir nanti semua terasa indah
Semoga bunga-bunga taman jiwa tumbuh subur merekah indah


''Kemaksiatan yang menghantarkan pertobatan, lebih baik daripada kebaikan yang menjadikan seseorang jatuh pada kesombongan''



D, 28 Desember 2009

Selasa, 22 Desember 2009

Mengenang Jasa Para Ibu di Hari Ibu


Pesan Almarhumah Ibu Rochanawati

Tuhan akan melindungi anda jika anda menyerah sertatus persen. Itu teristimewa, penting bagi para wanita yang mau beroleh bayi, karena akan mempengaruhi bayimu jika anda takut.

Anda harus meneliti diri anda tiap hari dan tidak bicara jelek tentang orang lain atau mengadili mereka atau merasa cemburu atau panas hati atau bergunjing atau ambil pusing tentang hal-hal yang bukan urusanmu. Jika anda lakukan ini tiap hari, anda akan membina budi yang baik. Jika anda lakukan ini dan tidak membiarkan nafsu anda menjadi majikan, tetapi memperbaiki dirimu seperti tersebut tadi, ini adalah seperti ’’puasa rohaniah’’.

Anda harus menyangi dirimu. Jika anda menyanyangi diri sendiri anda tak akan bersedia mengotori dirimu dan anda tak akan melakukan hal-hal seperti tersebut di atas –seperti mempercakapkan orang lain dan sebagainya.

Cinta kasihmu yang pertama adalah terhadap Tuhan, lalu pada dirimu, sudah itu pada suamimu dan keluargamu.

Anda harus berterimakasih pada Tuhan karena menderita, itu berarti bahwa kotoran dalam dirimu, berasal dari kita sendiri serta nenek moyang yang sedang kita bersihkan. Adalah lebih baik sakit dan menderita di dunia ini daripada di akhirat nanti. Setiap bagian dari diri kita harus menjadi bersih.

Kita senantiasa membikin diri kita kotor dengan membuat dosa terus menerus atau dengan membuat dosa dan tak mampu menghentikannya (misal dengan membicarakan orang lain, tidak saling menyukai, cemburu, dll, dll). Anda harus menyadari dosa-dosa anda. Mbakyu Tak takut mati, tapi ingin mati pada waktu yang tepat, bilamana sudah bebas dari semua dosa-dosanya. Sebelum anda meninggal, anda harus mencari perasaan sendirian dengan Tuhan. Mbakyu tak ambil pusing apa orang-orang bilang tentang dirinya, yang penting hanya berbakti pada Tuhan.

Kesabaran adalah kunci ke surga. Tanpa kesabaran anda tak akan dapat kemajuan. Djika anda merasa kurang tentram atau terluka perasaan oleh orang-orang atau senang jika mereka mengagumi anda atau marah pada seseorang atau sedih, ini merangsang ke dalam, memakan hatimu dan membikin luka-luka, tetapi untuk surga anda harus memiliki hati yang suci murni seluruhnya. Jadi jika seorang melukai hatimu, biarkanlah dia, biarkanlah dan lupakan saja jangan dia masuk dalam rasa dirimu, dia harus tetap berada di luar dirimu. Dalam rasa diri jiwa anda harus bahagia dan tak tersentuh olehnya dengan berbakti kepada Tuhan.

Mbakyu selalu bahagia dan berdo’a dalam rasa diri : “oh Tuhan, ampunilah, ampunilah,....’’ Dan bila orang-orang datang dengan kesulitan-kesulitannya, itu tak membikin mbakyu lemah, karena selalu berdo’a di dalam pada Tuhan dan merasa bahagia. Anda harus mencapai itu.


Dikutip dari A.S. No. 9 – Januari 1969

Senin, 14 Desember 2009

Kebijaksanaan Tumbuh dari Kenyataan Hidup

Hampir setiap pagi saya harus mengantar 2 anak saya bersekolah, anak tertua duduk dibelakang dan yang kedua duduk didepan jok motor yang kami kendarai. Rutinitas yang menjadi kewajiban untuk dijalani sebagai orang tua yang harus menghemat pengeluaran biaya rumah tangga.

Suatu saat anak saya yang biasa duduk di depan jok bertanya, kenapa setiap perjalanan dan dia (anak) duduk di jok depan, bapak (saya) kok kaca helmnya selalu dibuka. Apa supaya kegathengan bapak bisa dilihat orang lain atau karena alasan apa. Rupanya selama ini dia memperhatikan perilaku bapaknya, yang seringkali berperilaku GEMAGUS (narsis: sok kegathengan).

Anaku ketahuilah, bahwa sebagai bapak juga perlu merasakan apa yang dialami anaknya selama dalam perjalanan. Terpakan angin dan debu jalanan yang menimpamu juga harus saya rasakan agar aku dapat menyesuaian kecepatan kendaraan ini sehingga kamu tidak menderita selama perjalanan, dan aman sampai tujuan.
Kalau kaca helm bapak tertutup, maka bapak tidak tahu penderitaanmu akibat terkena asap kendaraan, debu jalanan dan tiupan angin. Pengertianku terhadap dirimu saja tidak cukup untuk menjadikan bapak bijaksana memperlakukanmu, sebelum bapak juga merasakan sendiri kenyataan yang kamu hadapi.

Ketahuilah anaku, dalam kehidupan kita sehari-hari seharusnya demikian juga bapakmu ini memperlakukan dirimu. Bapak sebagai orang tua dan sekaligus pemimpin motor rumah tangga, perilaku bapakmu tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi juga berakibat pada seluruh anggota keluarga yang dipimpin. Maka kehati-hatian bapakmu dalam berperilaku sesungguhnya terkandung kasih sayang untuk orang-orang dekatnya dan terlebih untuk keturnannya, bukan hanya kepentingan dirinya semata.

Hanya dengan kenyataan hidup, seseorang tumbuh menjadi bijaksana.

Matur nuwun Kanjeng Nabi, maturnuwun Bapak, matur nuwun Bapa Guru.


Bandung, 07 Oktober 2009

MENGENAL TUHAN ?

Seorang guru memberikan nasehat kepada para muridnya. "Manusia akan mengenal Tuhan bila dia sudah mampu mengalahakan egonya". Seorang murid yang sedari tadi kelihatan plonga-plongo bertanya, "dengan apa guru kita bisa mengalahkan ego ?", "dengan kekuatan niat dan kemauan kita ", jawab sang guru. "Bukankah kemauan kuat yang mengalahkan ego itu menjadi ego baru yang lebih besar, guru ?". "Hai, Joko Linglung, jalani saja nasehatku ini, nggak usah banyak bertanya....dasar bego", gerutu sang guru.

Dalam diamnya, sebuah bisikan lemah dari dalam diri Joko Linglung, "Jangan marah".


Bandung, 11 September 2009

KEBENARAN ?

Melihat derita kelaparan rakyat yang setiap hari menjadi pemandangannya, membuat hati R. Sahid menangis dan sekaligus geram. Sebab rakyat yg saat ini menderita kelaparan adalah kawula dalem dari seorang Adipati, yang sesungguhnya adalah ayahanda sendiri.

Ditengah banyak kematian rakyat yg kelaparan, R. Sahid sekluarga hidup penuh dengan kelebihan makan, yg memang banyak cadangan makan dilumbung kadipaten. Maka timbullah pemberontakan dari dalam diri R. Sahid, mencuri sebagian bahan makanan di lumbung Kadipaten untuk dibagikan pada rakyat.

Tindakan ini pada akhirnya diketahui oleh Kanjeng Adipati yang tidak lain adalah ayahandanya. Dan akhirnya R. Sahid harus menerima hukuman dirajam dan dikucilkan didalam ruang hukuman.

Dalam perenungannya diruang hukuman beliau mempertanyakan, ''JADI APA ITU KEBENARAN ?'' . Tidak ada siapa-siapa yang ditanya oleh R. Sahid selain dirinya sendiri.

Saat membiarkan rakyat mati kelaparan sementara disaat yg sama tersedia berlimpah makanan, adalah perbuatan yang salah. Tapi mengambil tanpa hak walaupun untuk menolong sesama yang membutuhkan juga salah......TERUS BAGAIMANA ?. Maka wajarlah kalau R. Sahid mempertanyakan hakekat kebenaran. Kalau bahasa saya, begini salah begitu salah, capex deh......


Bandung, 07 September 2009 jam 20:53

KEKASIH SUNGAI KEHIDUPAN

Dan sungaipun bertanya kepada Angin, " siapa gerangan yang menjadi kekasihmu ?. Dan dengan sebab apa kincir menjadi kekasihmu, sehingga engkau lekatkan nama besarmu padanya ?”


Aku mencintainya, kepatuhan itu menjadi jalan cintaku, lenyap dirinya dalam kehendaku. Pandang dia ada Aku.


”Duhai Angin, bisakah aku menerima kasih kemurahamu.

Untuk sesaat meninggalkan wujud ragaku bersatu dalam gerak dan kehendakmu ?”


"Dengan membiarkan dirimu terserap Angin.


"Gagasan itu tidak bisa diterima Si Sungai. Bagaimanapun, sebelumnya ia sama sekali tidak pernah terserap. Ia tidak mau kehilangan dirinya.

Dan kalau dirinya itu lenyap, apakah bisa dipastikan akan didapatnya kembali?


"Aku kuasa," kata Angin. Aku membawa air, membawanya terbang dan menjatuhkannya lagi. Jatuh ke bumi sebagai hujan, air pun menjelma sungai."


"Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu benar?"


"Kalau kamu tak mempercayain, kamu hanya akan  menjadi  paya- paya;  dan  menjadi   paya-paya   itupun memerlukan   waktu   bertahun-tahun   berpuluh   tahun.  
Dan paya-paya itu jelas tak sama dengan sungai, bukan?"

"Tapi, tak dapatkah aku tetap  berupa  sungai,  sama  dengan keadaanku kini?"
"Apapun  juga yang terjadi, kau tidak akan bisa tetap berupa dirimu  kini,"  bisik  suara  itu.
"Bagian  intimu  terbawa terbang, dan membentuk sungai lagi nanti. 
Kau disebut sungai juga seperti kini, sebab kau tak  tahu  bagian  dirimu  yang mana inti itu."
 

Mendengar hal itu, dalam pikiran Si Sungai mulai muncul gema. Samar-samar, ia ingat akan keadaan ketika ia --atau bagian dirinya ? --berada dalam pelukan angin.

Ia juga ingat-- benar demikiankah? bahwa hal itulah yang nyatanya terjadi, bukan hal yang harus terjadi.

Dan  sungai  itu  pun  membubungkan  uapnya ke tangan-tangan angin yang terbuka lebar, dan yang kemudian  dengan tangkas mengangkatnya  dan menerbangkannya,
lalu membiarkannya merintik lembut segera  setelah  mencapai  atap gunung –nun disana yang tak terkira jauhnya. 

Dan karena pernah meragukan kebenarannya, sungai itu kini bisa  mengingat-ingat   dan mencatat  lebih  tandas  pengalamannya secara terperinci. 
Ia merenungkannya, "Ya,  kini   aku   mengenal diriku   yang sebenarnya.", bisik Sungai Kehidupan.


Bandung, 17 April 2009

MEMELUK KEHIDUPAN DENGAN KASIH SAYANG

”Kang untuk apa sih sebenarnya orang-orang itu, kok sepertinya betah berada di perkumpulan itu, apa yang mereka peroleh ?”, tanya Kelik pada Kang Bejo.

”Mereka tidak memperoleh apa-apa dalam materi”, jawab Kang Bejo.

”Terus kenapa mereka bisa betah di perkumpulan itu kalo tidak memperoleh apa-apa ?”, saut Kelik menegaskan atas pertanyaan sebelumnya.

Mereka hanya lebih mampu memeluk kehidupan dengan kasih sayang. Kesenangan tidak menjadikan terikat, dan kesakitannya tidak mewujud dalam kebencian. Mereka menyadari kekurangan dan kelebihan kehidupan, maka kasih sayangnya menjadikan mampu menerima kehidupan apa adanya. Itulah yang mereka peroleh" .



Bandung, 10 Maret 2009

KEKUATAN

Kekuatan bukan dari apa yang kamu ciptakan
Kekuatan berasal dari mana kamu diciptakan


Bandung, 4 Maret 2009

DO’A SEPANJANG JALAN

Sepanjang jalan

Terdengar rintihan do’a

Dari tembok, tiang telepon dan listrik

Tuhan kurangilah deritaku

Dari perilaku para calon pejabat indonesia

Dan kroni-kroninya


Bandung, 20 Februari 2009

BEREBUT KEBENARAN

Attachments di bawah adalah bentuk ramainya dunia spritualitas dalam berebut keris sakti "kebenaran". Klaim sholat khusu' merupakan pencetusnya.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan kebenaran pendapatnya (lebih2 lakunya) tentang sholat yang khusu' (sholat khsusu', sholat yang diterima, sholat yang seharusnya -menurut feqih-....ayo apa lagi.....?).

Sesungguhnya kita ini nggak tahu sholat yang khsusu' yang diterima dan yang seharusnya sesuai dalil dan ketentuan (feqih) itu seperti apa ?!

Dari sesi feqih saja ada 2 arus besar yaitu suni dan syiah, baik suni maupun syiah masih terpecah lagi kedalam mazhab-2. Di suni sendiri ada 4 mazhab besar, sedang pada setiap mazhab ada golongan-2, klo diindonesia yang kita tahu ada NU, Muhammadyah, Persis, dsb. Belum lagi saat ini berkembang metode/laku spiritual yang mengklaim bahwa cara/metodenya paling pas dan paling gampang mencapai/mendapatkan sholat khsusu', dlsb.

Kalo semuanya mengklaim bahwa cara/laku merekalah yang benar, pas, mudah dan diterima Allah....maka dunia persilatan memang bakal terus dan akan ramai...tapi begitulah sifat dunia......Ada lagi yang mengkalim berdasarkan dampak ato akibatnya bagi kehidupan pelakunya, dampak sosialnya masyarakatnya, dlsb.

Begitulah....banyak argumen yang dapat dijadikan dasar bagi individu ato kelompok untuk menyatakan diri sebgai penyandang keris sakti "kebenaran".

Namun demikian dibalik ramainya dunia spiritual dalam berebut keris sakti "kebenaran", ada sekelompok orang yang sepertinya tak peduli dengan keramian itu. Diantara komentarnya seperti ini :
Sesungguh-sungguhnya yang benar-benar tahu itu hanya Tuhan sendiri. Bila diantara sodare-2 ada yang sholatnya sudah pas sesuai yang seharusnya & tentu saja khusu' serta merasa diterima....ya... biar-2 saja itu kan pendapat pribadi...lha kita sebagai individu ya.. nggak usah ikut-2an memuji-muji bila cocok, mencaci maki bila tidak cocok....wong belum ngalami sendiri kok!. Dan tentu saja semua ada konskuensinya....yang merasa sholatnya belum khusu' ya.. akan terus mencari sampai dia sendiri mengalami apa yang disebut-sebut khusu'. Namun demikian kalo sudah dapat khusu' (menurut versinya) jangan dipaksakan kepada orang lain untuk dapat membenarkan ke-khusu'annya itu. Jangan diangap lawan bagi orang lain yang tidak sepaham dalam cara, metode dan definisinya.

Lha yang sholatnya merasa sudah khusu' plus sudah sesuai seharusnya (feqih) dan tentu saja merasa diterima Tuhan ya.... birain sajah......, kan nanti juga akan ngunduh pekertinya (buahnya...maaf jangan piktor ya......) sendiri-sendiri. "

Intinya kelompok manusia ini hanya menjaga kesadarannya, yang kalo dituangkan dalam kalimat tanya, "apakah ada yang sudah berani menjamin bahwa seseorang itu --katakan si fulan - sholatnya pasti khusu', sesuai yang seharusnya (dalil feqih) dan pasti diterima Tuhan ?. wong itu wilayah Tuhan kok diperebutkan tho sodara-2....apa kapasitas kita (manusia) itu ?.

Kebenaran itu hanya milik Tuhan kok kita (manusia) berebut ingin memiliki sendiri itu gimana...? Tuhan tahu siapa yang pantas diberi untuk merasakan dan meyakini kebenaran itu. Kalo istilah orang jawa kita ini sering "REBUT BALUNG TANPA SUNSUM", berebut pepesan kosong istilah orang kite.....wekekekekeek..koyo panembahan lagi mbukak padepokan terus mbabar kaweruh (ilmu).....


Bandung, 18 Februari 2009





Subject:
Bls: [dzikrullah] Sholat yg tdk bisa khusyu apakah kategori An Nisaa 142
From:
mardibros
Date:
Thu, 12 Feb 2009 15:01:52 +0800 (SGT)
To:
Dzikrullah Owner

Dari: karyan karyan 
Topik: Bls: [dzikrullah] Sholat yg tdk bisa khusyu apakah kategori An Nisaa 142

Mas Fadjar Hananto yg dirahmati Allah,

Matur nuwun sanget pengelengnya njih???
Lihat tanda **** njih mas??

Dari: fadjar hananto hananto
Topik: Bls: [dzikrullah] Sholat yg tdk bisa khusyu apakah kategori An Nisaa 142


Assalamualaikum wr.wb.

Mohon untuk diperkenankan untuk urun rembug.
Dan untuk Mas Karya, ... sepurone yo?
*** Panjenengan mboten klentu kok mas, jadi gak perlu ada yg dimaafkan..he..he..



Kalau dipikir pikir, kita ini memang cenderung untuk tidak sabar
ya? Maunya jawaban yang to the point. Tapi giliran dijawab dengan
jawaban yg to the point, kita masih nanya lagi.
***
Masne Fadjar, tenang saja panjenengan...Jawaban pak Deka itu masih ada
lagi yg lebih ceeesss..pleeennnng...bener kok??? dan yg tersampaikan
itu belum jawaban yg sesungguhnya ( belum yg tunjek POINT
)...percayalah panjenengan..., makanya saya dengan sabar
menunggu..he..he..



Kalau saya pikir2 ya, tingkah seperti ini kok seperti gaya orang
Yahudi ....? Ketika disuruh motong sapi kan harusnya langsung pergi
cari sapi yang paling bagus menurut penilaian mereka. Mereka tidak
segera cari sapi tapi malah nanya lagi, he he ....
Sorry lho mas, bukan nuturi. Sebenarnya ini adalah potret diri kita (termasuk saya) kalau diteropong pakai Quran.
***Walah...panjenengan ki wes pernah ketemu langsung wong YAHUDI po masne???
Injih
mboten menopo-menopo kok masne Fadjar, wong ini kan tukar pendapat,
Gosok Ginosok....Bila panjengan neropongnya pake teks book QURA'N yg
dalam bentuk tulisan di lembaran kertas jelas bakal BUREM, KABUR,
SEMRAWUT gambaran, potret DIRI SEJATI kita masne..!!.
Bagaimana klu neropongnya pake KOCO BENGGOLO saja ??? he...he..



Kalau baca kalimat2 Pak Deka, rasanya kita pingin untuk bisa
beribadah seperti Beliau. Pingin langsung bisa masuk suasana universal,
muthmainah, khusuk, dapat ilham dll. Padahal itu semua kan belum tentu
bisa kita raih barang dua atau tiga hari.
***Benul
sekali panjenengan masne, tiga hari ikut pelatihan Sholat KHUSU',
rasanya sulit untuk mencapai TATARAN Khusu' tersebut. Makanya
saya kepingin mendapatkan PENCERAHAN dari pak Deka seputar KHUSU' dalam
mendirikan Sholat itu PENEMPATANNYA dimana. Kalau kita nanti sudah
sama2 tahu DUDUKNYA..., terus LAKUNYA bagaimana, terus WUJUD KARYA
NYATANYA seperti apa. Cukupkah hanya dengan merasakan NIKMAT setelah
kita selesai mendirikan Sholat KHUSU' tadi??? seperti rasa nikmatnya
kalau kita pas lagi NGOPI sembari klepas-klepus ngudud sambil jigong,
cangkrukan???

Wes talaa masne, ayo podho lungguh sing
anteng...nunggu pak Deka mbabar KAWERUHNYA kepada khalayak umum dan
khusus buat saya pribadi ini yg sudah sedari kecil belajar Sholat ning
isih tetep CUBLUK, ora JEGOS wae...he..he...




Sebenarnya lebih bijaksana bila kita langsung jawab, "Sami'na wa
ato'na, ... ok pak, sekarang juga saya coba praktekkan". Kita praktek
dulu dengan tekun, sabar dan yang terpenting adalah ikhlas. Bukan
berharap mendapatkan segala sesuatu yang diraih Pak Deka, tapi berharap
keridhaan dari Allah swt.
***Sami'na
wa ato'na...ojo sampek digebyur uyah podho asine loh masne. Ada masanya
menempatkan SENDIKO DAWUH itu, tergantung SIKON dan Konteksnya apa.
Sebab saya sendiri pernah KEDLOMPRONG, Jatuh bangun, Keasandhung
Kesampar dalam menerapkan Sendiko Dhawuh itu dalam mencerap PIWULANG (
Wulang Wuruk ) dari seorang PITUDHUH. Ini pengalaman saya, bahwa untuk
bisa memahami Wulang Wuruk agar mejadi LAKON URIP kita harus
mendapatkan KUNCINYA...!!!

Injih...njih masne leres penjenengan...
Untuk
bisa SABAR dan IKHLAS memang butuh proses, tahapan, latihan dan
utamanya adalah LAKU...!!. Sebab dari segala aksi, tindakan dan
perbuatan yg kita lakukan sehari2 dalam kehidupan sosial bermasyarakat
inilah, SABAR dan IKHLASNYA seseorang akan nampak dengan jelas... CETHO
WILO-WILO. Sama halnya untuk bisa KHUSU' dalam Sholat itu. Ning ati2
jangan karena ingin mencapai tataran DERAJAD KEKHUSU'AN dalam
mendirikan Sholat dalam bentuk ritual gerakan saja, terus malah ESENSI
dari pada Sholat itu sendiri menjadi BIAS dan KABUR....he..he...lak
mekaten toh masne??

Sip...tenan sarujuk banget masne...Ridho saja harapane.
" Illahi anta maqsudi wa ridhloka matlubi "


Sepertinya masalah kesabaran inilah yang perlu kita perbaiki. Kesabaran tapi juga dibarengi dengan semangat, jahadu.
***Njih...njih...leres
nopo ingkang dados raosipun panjenengan SABAR...SABAR...kaliyan
disarengi WAJAHIDU...Apakah ini saja sudah cukup????
Monggo direnungi bersama-sama "

" Yaa...'ayyuhalladzina amanusbiruu wa shoobiru wa roobitu, wattaqullaha la'allaqum tuflihun "

Sampun kepareng
Mugi kito sedoyo tansah pinaringan SUNARING CONDRO PINDHO BASKORO saking Gusti Ingkang Moho Suci

Salam

KARIYAN





Wass.

Fadjar




Dari: karyan karyan
Topik: Bls: [dzikrullah] Sholat yg tdk bisa khusyu apakah kategori An Nisaa 142

Hmm...pak Deka,

Mohon maaf sebelumnya, kalau saya NYELANI dalam pembicaraan ini atas jawaban pak Deka seputar Sholat Khusu'.

Jujur itu merupakan JAWABAN pak Deka atas pertanyaannya pak Karyono seperti itu dan sudah paling FINAL...??. Sebab 2 jawaban dari pak Deka seperti ini nih :

1. Insayaallah kalau hanya sekedar pahala kita sudah bisalah mendapatkannya.
2. Paling tidak ada rasa terlepas dari beban setelah kita melakukan shalat itu juga namanya sudah nikmat shalat.

Apakah tidak ada lagi jawaban yg lebih Ceeess .. Pleeennng dan Mak Nyooossss ... agar tidak terkesan masih NGAMBANG atau jawaban yg sekedar MENINA BOBOKKAN begitu ???.

Mungkin ijinkan saya yang bertanya dan pertanyaan ini sudah lama sekali mengendap dalam benak ini dan belum sempat saya GELONTORKAN dikarenakan saya kelamaan berada di tengah2 alas belukar Kalimantan yg jauh dari sentuhan informasi dan teknologi.
Sebenarnya bagaimanakah
urutan yg PAS dan TEPAT menurut pak Deka dalam
mendirikan Sholat itu??

1. Sholat dahulu ( sesuai RUKUNNYA ) untuk mencapai tataran KHUSU' dalam pelaksanaan Sholat tersebut, ataukah
2. KHUSU' terlebih dahulu baru mendirikan Sholat???

Ditelinga ini selalu TERNGIANG akan ujar-ujar :
"Sholatlah kalian seperti Sholat yang aku ( Muhammad Saw) contohkan".
Sepertinya sederhana, SEPELE banget ujar2 Muhammad bin Abdullah ini menyeru kepada kita2 agar dalam mendirikan Sholat mencontohnya. Lah kira2 apanya yang perlu kita contoh ??? Gerakannyakah, bacaannyakah, urut2annyakah ( rukun syaratnya ), lamanyakah, atau apanya ???.

Rasanya mudah....sangat mudah sekali jika kita mencontoh, meniru-niru apa yg ditampilkan secara lahirnya Muhammad Saw tersebut. Wong sedari kecil
kita sudah pernah
diajari Guru Ngaji kok. Jika pak Deka menjawab yg musti kita contoh adalah KHUSU'NYA, lah...lalu Khusu' tadi LUNGGUH-NYA ( duduknya ) dimana..???.

Ingat...kanjeng Nabi pernah ngendiko "Assholatul Mi'rojul Mukminin" loh..???

Monggo ... silahkan ... diwedar, dibabar ... biar saya mendapatkan pencerahan sebelum kembali menuju alas belukar.

Salam

KARIYAN
penganut Islam Campuran ( Kalimantanan, Kejawen, Ngarab )



Dari: Karyono -
Topik: Sholat yg tdk bisa khusyu apakah kategori An Nisaa 142


Assalamu alaikum wr.wb. pak deka.

Terkait tulisan pak Deka "Meretas Jalan Tuntunan - 7" pada alinea terakhir ada qur'an yang menyebutkan:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. (sengaja saya potong karena sudah amat jelas maksudnya), (An Nisaa' 142)

Pertanyaan saya, sholat yang kita lakukan sampai hari ini tidak pernah merasakan khusyu (nikmat), jadi hampir tiap hari mengerjakan sholat seakan-akan menggugurkan kewajiban, tapi di sisi lain kita terus berusaha sholat sekuat tenaga untuk mendapat respon dari Allah (khusyu)! apakah sholat yang demikian (tidak/belum khusyu) masuk ayat kategori diatas maksudnya (An Nisaa'142)

Atas jawaban pak deka saya sampaikan terima kasih

Wassalam Karyono

------------ --------- --------- --------- ---

Dari: yusdeka putra





Alaikum salam.
Pak Karyono yang dirahmati Allah.
Kita itu sebenarnya sudah sangat aneh pak. Walau kita tidak pernah kenal dan bertemu dengang Nabi. Walau manfaat shalat itu juga belum kita rasakan secara maksimum. Tapi kita sudah mau melaksanakan shalat dengan semangat 45.
Insayaallah kalau hanya sekedar pahala kita sudah bisalah mendapatkannya. Usaha-usaha yang kita lakukan untuk mendapatkan kekhusyuan itu insyaallah juga akan diberi imbalan oleh Allah. Paling tidak ada rasa terlepas dari beban setelah kita melakukan shalat itu juga namanya sudah nikmat shalat.

Sekarang tinggal potret saja suasana jiwa kita dengan ayat al qur'an tersebut. Ayatnya sudah sangat jelas dan tidak perlu ditafsirkan atau dijelaskan lagi sebenarnya.

Wass
Deka

KHUSU'

''Gimana tho Kang agar sholatku bisa khusuk'', demikian pertanyaan Kelik pada Kang Bejo. ''Lha kamu kan sudah dapat petuah dari ustadz-ustadz dimana kamu tiap minggu ngaji tho ?'', ''ya sudah, bagaimana sholat harus khusuk sudah tak terapkan, seperti harus kosentrasi, mengerti arti yang dibaca, memahami maksudnya, dll, sudah tak lakukan tapi tetep aja aku nggak bisa khusuk, jadi terus kudu piye tho kang ?''. ''Lik, kamu pernah denger nggak ada riwayat yang menceritakan bahwa Kanjeng Nabi itu rekreasinya diantaranya dengan sholat'', ''yo...yo....terus piye Kang ?'', ''Lho kok piye, menurutmu orang rekreasi itu bagaimana ? rilex apa kosentrasi dengan serius, pada saat menikmati pemandangan yang indah dengan segala suasanya. Kita menikmati mengalir begitu saja atau mencoba mengerti keindahan itu ?''. ''lho kok malah tanya tho Kang ?'. ''Lha iya tho Lik, kamu bisa merasakan khusuk dalam sholat seperti kamu bisa menimati dunia rekreasimu, tidak dengan konsentrasi, keseriusan dan pengertian tapi dengan ke-rilex-kan dan kedamaian''.


Keindahan mawar dan kicauan burung hanya bisa dinikmati seperti apa adanya tidak untuk dimengerti.


Bandung, 1 Januari 2009

MENCOBA MENGERTI

seringkali aku merasakan sesuatu yang tersembunyi

ada rasa tak ada bunyi

belum tertangkap isyarat hati

bagai nuri menunggu diajari


kadang aku bosan dengan bahasa

pengungkapannya tak mewakili yang sebenarnya

bias kata bias makna

dalam hening lebih terbaca


pikiran bagaikan nyanyian murai

menjelaskan makna panjang berurai

dia jurubicara yang pandai

tapi bukan Tuan istana Mahligai


Bandung, 20 Oktober 2008

MANUSIA JADI-JADIAN

Saat kita membaca kisah sinbad

Kita pingin menjadi hebat

Saat kita mendengar kisah sufi

Kita pingin bijak bestari

Saat melihat orang terhina

Kita merasa lebih mulia


Ah siapa kamu sebenarnya


Akulah manusia bentukan

Bentukan dari pengetahuan dan ego pengakuan

Menjadi manusia baru yang mengagumkan

Penuh dengan asesoris dan peran tambahan


Bagaimana nanti harus dipertanggungjawabkan ?



Bandung, 24 Oktober 2008

TAHU YANG TIDAK TAHU

Pengetahuanmu tentang tuhan

Menjadi penghalang perjalanan

Kesadaranmu akan ketidakmampuan mengenal Tuhan

Menjadi pintu gerbang perjalanan


Jauh tidak berjarak

Dekat tidak bersentuhan

Luar dari yang paling luar

Dalam dari yang paling dalam


Bandung, 17 Oktober 2008

TIDAK TAHU

Hakekat manusia itu tidak tahu benar dan salah

Karena kebenaran itu bukan miliknya

Kelemahan adalah aslinya

Kesadaran akan kebenaran dan kesalahan hanya pemberian semata


Untuk dijalani bukan untuk diakui


Ucapan bukan hakekat mengaku

Tapi dikedalaman hatimu halus menipu

Bagai rambut dibelah tujuh

Hanya kemurahan Tuhan yang mampu menolongmu



Bandung, 24 Oktober 2008

PIKIRAN

Pikiran bagaikan kicauan burung yang mengaku tuan rumah. Dengan alasan apa kita percaya.


Bandung, 24 Sepetember 2008

SYAIR OMONG KOSONG

ini hanyalah omong kosong

di ruang tulis yang sebelumnya kosong

kosong ada karena ada isi

kosong dan isi seperti berlawanan

seperti gelap dan terang

seperti salah dan benar


sahabat sejalan berdampingan

kesalahan itu tirai kebenaran

kegelapan itu selimut penerangan

kekosongan itu syarat untuk terisi

bagai naga penjaga mutiara


bandung, 28 Agustus 2008

BERISIK

Beberapa hari ini kamu terlihat lebih banyak diam, tidak seperti biasanya banyak bicara ?

Aku diam agar menemukan keheningan, jawab Kelik.

Mulutmu memang diam tapi pikiranmu berisik

Dari mana Kang Bejo tahu kalau pikiranku nggak mau diam ?

Dari wajahmu yang terlihat serius


Bandung, 18 Agustus 2008

PEMBERIAN

Jadi bagaimana seharusnya pasrah ?, tanya kelik.

Aku juga tidak tahu bagaimana caranya harus pasrah.

Lalu apa maksudnya Kang Bejo sering bicara pasrah ?

Pasrah itu pemberian bukan diusahakan, jawab Kang Bejo sekenanya.


Bandung, 18 Agustus 2008

TERTIPU

Sambil makan, kawan Kang Bejo menceritakan bagaimana sulitnya menjalani hidup sesuai tutunan Tuhan . ya pasrah saja tho mas !, kata Kang Bejo. bukan pasrah tapi berserah diri, pasrah itu tanpa ilmu sedang berserah diri itu dengan ilmu, nasehat kawan lainnya yang lebih tahu tentang ilmu ketuhanan.


Setelah tinggal berdua, kawan tadi bertanya, apa artinya berserah diri dengan ilmu ?


Tangan kirimu terangkat menyerah, sedang tangan kananmu dibelakang punggung memegang senjata, jawab Kang Bejo.



Bandung, 17 Agustus 2008

BELUM MERDEKA

Sambil menghisap rokok setelah lelah mengairi sawah yang akan ditanami, tiba-tiba kelik adiknya yang baru merayakan HUT kemerdekaan menegurnya. Kang Bejo harusnya ikut merayakan kemerdekaan bersama-sama yang lain.


Berkali-kali kamu merayakan HUT kemerdekaan, tapi kapan kamu merayakan kemerdekaanmu sendiri, jawabnya.



Bandung, 17 Agustus 2008

OMONG KOSONG

Semua hal yang kita pelajari itu tidak berarti apa-apa, kata Kang Bejo.


Termasuk nasehat Kang Bejo yang bagus-bagus itu ?, tanya Kelik.


ya.


Jadi apa artinya nasehat dan pelajaran Kang Bejo selama ini ?.


Itu hanya omong kosong




Bandung, 16 Agustus 2008

ASAP YANG MEMABUKAN

Tak nampak kaburkan pandangan

Tercium wewangian semerbak baunya

Merangsang otak mencerahkan kesadaran

Begitu memabukan yang menciumnya

ANANE

anane mung terimo wae

unine sakarebe dewe

ha...ho...ha...ho...ha....ho....

ho....ho....ho....ho.....ho.....

Cimahi, 22 Mei 2008

Bukalah Kitab Kehidupanmu

Kitab itu ada bersamamu disepanjang waktu
Buka dan bacalah bersama kehidupanmu
Penjelasan isinya seiring dengan perilaku
Keluasannya tergantung dari wadahmu


Bandung, 25 April 2008

Matilah sebelum Mati dan Jadilah Cahaya Tuhan

Matilah sebelum Mati dan Jadilah Cahaya Tuhan

Seorang murid bertanya, "Apakah ada jalan lain untuk mendekati Tuhan selain shalat?"

"Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Bagaimanapun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk luarnya saja: yakni hanya "bungkus" shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah "bungkus." Ucapan takbir, pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya. Begitu pula ada sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan iman yang diucapkan lidah karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memiliki awal dan akhir adalah "bentuk," "bungkus"; sedangkan, "jiwanya" tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikal dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat sebagaimana yang kita ketahui dan kita laku-kan saat ini adalah hasil rumusan para nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan shalat, pernah bersabda, "Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu tidak terdapat ruang baik untuk nabi penanggung pesan ataupun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku." Maka kita mengetahui bahwa "jiwa" shalat tidak terletak hanya pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidaksadaran seluruhnya selama semua melakukan suatu bentuk luarnya karena di sana tidak ada ruang, tetap berada di luar. Pada jenjang ini tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekalipun.

Ada sebuah cerita mengenai Maulana Baha'uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana). Ketika waktu shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa saat shalat telah tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Meski demikian, dua pengikui tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satu pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat sedangkan mereka berdua yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.

Sang guru telah melewati keadaan kesadaran ego dan memasuki keadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai makna perkataan Nabi, "Matilah sebelum engkau mati." Dia kemudian menjadi Cahaya Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahaya Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungnya ke kiblat, karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka'bah sebagai arah shalat untuk seluruh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi arah shalat karena atas Nama-Nyalah Ka'bah menjad kiblat.

Jiwa Shalat Lebih Baik daripada Shalat

Seseorang ditanya, apakah yang lebih istimewa dibanding shalat. Jawabannya, seperti yang telah kami katakan, bahwa jiwa shalat lebih baik daripada shalat. Jawaban lain ialah bahwa iman lebih baik dari¬pada shalat, karena shalat diwajibkan lima kali sehari sedangkan iman tidak boleh terputus. Orang dapat dimaafkan dari shalat dengan alasan yang benar, juga diizinkan menunda shalat. Iman tanpa shalat patut diberi ganjaran, sedangkan shalat tanpa iman, seperti shalatnya orang munafik, tidak mendapatkan apa-apa. Shalat berbeda berdasarkan agama. Sedangkan iman tidak akan berubah karena perbedaan agama. Keabadian dan universalitas iman meliputi berbagai hal, keadaannya, perhatiannya, dan lain-lain. Juga ada perbeda¬an lain. Seseorang dapat mendengar wahyu sesuai derajat kemampuan ketertarikannya terhadap wahyu tersebut. Seorang pendengar wahyu seperti tepung terigu di tangan seorang pengadon; wahyu itu bagaikan air, dan "ukuran air yang benar mesti dikocok ke dalam tepung terigu."

Kedamaian

Kedamaian bukan berasal dari terpenuhinya keinginan

Kedamaian datang bersama dengan kerelaan menerima segala ketentuan

Walau kadang terlihat sakit dipermukaan

Tapi matang dibagian dalam


Ubi baru bisa dinikmati

Harus dibakar disuhu yang sesuai

Di dalam masak dengan dipanasi

Sampai saatnya siap untuk dihidangkan dalam jamuan resmi


Kulitnya terkelupas terkesan menyakitkan

Terlihat pedih bagi yang menyaksikan

Tapi bukan sesuatu yang harus dihindarkan

Harus dihadapi untuk menemukan

Hakikat bahagia dan kedamaian



Bandung, 28 Februari 2008

Siapakah Tuhan?

Kita adalah Tuhan, di dedaunan, di dalam bunga, dan tidak jarang juga di dalam buah ….


Ini adalah sebuah prosa karya Kahlil Gibran — “nabi” dari Bestari yang mahaterkenal itu. Judulnya: Tuhan. Kukutip dari buku Kahlil Gibran; Cinta. Keindahan. Kesunyian.


Pada hari pertama minggu itu, ketika suara lonceng kuil menerpa telinga mereka, seseorang bersuara dan berkata: “Guru, kami banyak mendengar tentang Tuhan di sini. Katakanlah apa itu Tuhan, dan siapakah Dia sebenarnya?”


Dan dia yang dipanggil guru itu berdiri tegak di depan mereka laksana sebatang pohon muda, yang tak gentar dengan angin dan prahara. Dia menjawab: “Pikirlah sekarang, sahabatku dan cintaku, sebuah hati yang memuat semua hati kalian, sebuah cinta yang meliputi seluruh cinta kalian, sebuah jiwa yang merengkuh semua jiwa kalian, sebuah suara yang membungkus semua suara kalian, dan sebuah kesunyian yang lebih dalam daripada semua kesunyian kalian, dan abadi.”


“Carilah sekarang, untuk kaubayangkan dalam kesadaranmu, sebuah keindahan yang lebih menarik daripada semua yang indah, sebuah nyanyian yang lebih membahana dari nyanyian laut dan hutan belantara, sebuah singgasana megah sehingga Orion hanyalah sebuah bantal kaki, memegang sebuah tongkat kekuasaan di mana Pleiades tak lebih dari cahaya redup tetes embun pagi.


“Kalian hanya mencari makanan dan tempat berteduh, pakaian dan bahan-bahan pokok; carilah sekarang seorang yang bukan sasaran dari anak panahmu dan juga bukan gua batu untuk kamu berlindung dari hal-hal itu.


“Dan jika kata-kataku terlalu sulit dan berbelit, maka carilah sesuatu yang membuat hatimu patah, dan keingintahuan akan membawamu kepada cinta dan kebajikan Yang Mahatinggi, yang manusia menyebutnya Tuhan.”


Mereka terdiam, semua orang, mereka bingung; Almustafa, sang guru, terhanyut dalam keharuan mereka. Dia menatap penuh kelembutan dan berkata: “Sekarang tak usahlah kita membicarakan Tuhan. Lebih baik sekarang kita bicara tentang dewa-dewa, tetangga-tetangga kalian, dan saudara-saudara kalian, mereka yang mengitari rumah-rumah kalian dan halaman-halaman kalian.”


“Jika kalian terbang ke atas awan, kalian takjub akan ketinggiannya; dan jika kalian mengarungi laut, kalian akan lelah oleh luas bentangannya. Tapi aku katakan bahwa ketika kalian menebarkan benih ke atas bumi, kalian akan menjulang lebih tinggi; dan ketika kalian membawakan kepada tetanggamu keindahan pagi, kalian akan menjadi laut yang lebih luas lagi.


“Terlalu sering kalian menyanyikan Tuhan, yang tak berhingga, nyanyian yang kalian sendiri tidak pernah mendengarkan. Adakah kalian mendengar nyanyian burung, dan mendengar daun-daun yang meninggalkan dahannya ketika diterpa angin — dan jangan lupa, sahabatku, nyanyian dedaunan itu hanya mengalun ketika ia terpisah dari dahannya.


“Sekali lagi aku berharap kalian tidak berbicara terlalu lepas tentang Tuhan, yang adalah segalanya bagi kalian. Lebih baik kita berbicara secukupnya dan kita saling mengerti, tetangga dengan tetangga, dewa dengan dewa.


“Untuk apa memberi makan pada burung kecil di dalam sarang jika induknya terbang jauh menuju awan? Dan bunga di ladang manakah yang bisa dibuahi jika ia tidak disunting oleh kumbang dari bunga yang lain?


“Karena tenggelam dalam kekerdilan diri, kalian mencari langit yang kalian katakan sebagai Tuhan. Seharusnya kalian dapat menemukan jalan ke dalam kebesaran diri kalian sendiri; jika kalian tidak terlalu malas untuk membangun jalan itu.


“Para pelautku dan sahabat-sahabatku, akan lebih bijak jika kita bicara sedikit saja tentang Tuhan — yang kita tidak mengerti siapa Dia — dan bicara lebih banyak tentang diri kita sendiri, yang mungkin lebih kita mengerti.


“Tapi aku akan memberitahu kalian bahwa kita adalah napas dan aroma Tuhan. Kita adalah Tuhan, di dedaunan, di dalam bunga, dan tidak jarang juga di dalam buah.” [dikutip dari : www.blogberita.com]

Di situ juga ada Kebenaran

Kenyataan hidup adalah spiritual dalam arti yang sebenarnya
di situ ada laku
di situ ada rasa
di situ ada kesadaran
di situ ada ilmu
di situ ada pelajaran
di situ juga ada Kebenaran

 Bandung, 18 Februari 2008

Menerima dengan Sabar Tawakal dan Ikhlas

Pagi ini aku ingin menulis, dua hal yang berbeda. Entah ada hubungannya atau tidak, tulisanan ini akan mengalir begitu saja.


Kemarin hari minggu, aku kerumah sakit membawa anaku yang paling gede. Sudah 2 hari panasnya tidak turun-turun. Kekuatiranku hanya satu kalau dia terjangkit virus DB (demam berdarah). Alhamdulillah setelah masuk ke klinik UGD RSI Bandung, dokter jaganya cepat tanggap terhadap kekuatiranku. Langsung saja diperiksa dan dilakukan check darah, untuk memastikan pasien tidak terkena DB.


Alhamdulillah begitu hasil laboratorium menunjukan bahwa trombosit diambang batas normal dan dinyatakan negatif terjangkit virus DB oleh dokter. Sesaat kemudian istriku yang menunggu di rumah aku kabari hasilnya.


Pagi ini begitu aku membuka e-mail, aku mendapatkan kabar bahwa ayah dari teman karibku, telah meninggal dunia pada hari Jum'at kemarin. Tidak banyak yang bisa aku lakukan kecuali hanya ikut berbela sungkawa. Segalanya sudah telat.


Dua kejadian di atas sepertinya tidak ada kaitannya, namun rasa mengatakan ada. Dua pihak, aku dan kawanku sama-sama mempunyai rasa takut akan kehilangan seseorang yang sangat dicintai.


Inilah episode kehidupan dunia yang ditakutkan oleh banyak orang namun pasti akan dialami. Kekuatan untuk bisa menerima keadaan inilah yang masing-masing orang berbeda.


Pagi ini sambil aku menulis, dalam hatiku hanya berdo'a Tuhan berilah kekuatan untuk menerima keputusanmu dengan sabar, tawakal dan ikhlas bila saatnya tiba. Amiin.


Bandung, 18 Februari 2008

Bedanya Ilmu Pikir dan Ilmu Laku

Pembuat Etiket



Hidup itu bagaikan sebotol anggur keras.
Ada yang puas membaca etiket yang tercantum pada botolnya.
Ada yang mencicipi isinya.

Pada suatu ketika Buddha menunjukkan
setangkai bunga kepada murid-muridnya
dan meminta agar setiap orang
menyatakan pendapatnya tentang bunga itu.

Mereka mengamati bunga itu selama
beberapa saat dengan diam.

Ada yang mengungkapkan ajaran falsafah tentang bunga.
Ada yang menggubah puisi.
Ada pula yang membuat perumpamaan.
Semua berusaha saling mengalahkan dengan uraian yang semakin dalam.



Pembuat etiket!

Mahakashyap mengamati bunga itu, lalu tersenyum tanpa berkata apa-apa. Hanya ,dialah yang telah melihatnya.



Seandainya aku dapat menikmati seekor burung, setangkai bunga, sebatang pohon, wajah seorang manusia!

Tetapi sayang, aku tak punya waktu!
Aku terlalu sibuk membaca semakin banyak etiket dan malah masih kutambah dengan etiket-etiket buatanku sendiri. Padahal satu kali pun aku belum pernah mabuk karena anggur di dalam botol.


Anthony De Mello SJ

NAMA ANAK

Menjelang berangkat sekolah sambil menyiapkan perlengkapannya. Tiba-2 anaku yang paling besar bertanya, "Kenapa Abi menamakan anak-anaknya berbahasa Arab ?".


"Biar nanti anak-anaknya bisa memberangkatkan abinya, haji ke Mekah". Baitullah.


Jawabanku sangat simbolis, tapi rupanya jawaban itu cukup meredakan pertanyaan di pikirannya. Dan aku berharap semoga suatu saat dia akan menemukan jawab yang sebenarnya melalui simbol itu dan semoga mereka tidak berebut mencari simbol.

Guru menunjuk bulan, si murid memandangi telunjuk Guru.


Bandung, 8 Februari 2008

HARUS BERKATA APA

Mungkin kamu hanya mengerti sebagian

biarlah demikan

karena tafsir hanya membatasi keluasan

makna yang sebenarnya memabukan



silahkan berguru pada siapapun

dianggap guru orang yang terlihat santun

menimba ilmu darinya sepanjang tahun

tidak lebih dari sekedar mengisi sumur hayyun



kenalilah dirimu sendiri

jadilah api yang menerangi di sini

ditempat kamu sendiri

dalam dirimu yang paling pribadi



wahai yang sedang mabuk cinta

kemana hendak kau berkata

tiada tempat yang tersisa

menyampaikan makna yang tidak bisa dikata



bila ini tanda berakhir crita dan rasa

yang hanya bisa terungkap dengan sepenggal bahasa

tidak lebih dari simbol semata

jauh dari yang sebenarnya


Bandung – 17 Januari 2007

Bukti Kesempurnaan-Nya

Timbul pertanyaan, “Kenapa seperti terjadi sesuatu yang salah !”

Apakah memang salah ?

“Ya memang salah”, jawabku

“Apa artinya, bukankah Dia Maha Sempurna ?”

Kesalahan itu bukti kesempurnaan Maha Penciptanya, Kholiq

Kesalahan itu bukti kelemahan ciptaan-Nya, makhluq

MENCARI SEBUAH MESJID

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan fondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang, berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan


Aku rindu dan mengembara mencarinya


Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan berbentuk daun-daunan sangat beraturan serta sarang lebah demikian geometriknya ranting dan tunas jalin berjalin bergaris-garis gambar putaran angin


Aku rindu dan mengembara mencarinya


Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepas disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgah

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya engkau berjalan sampai waktu asar tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa


Aku rindu dan mengembara mencarinya


Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita


Aku rindu dan mengembara mencarinya


Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan dalam simpul persaudaraan yang sejati dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang di sebuah masjid yang mana


Tumpas aku dalam rindu Mengembara mencarinya Di manakah dia gerangan letaknya ?


Pada suatu hari aku mengikuti matahari ketika di puncak tergelincir dia sempat lewat seperempat kuadran turun ke barat dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan dia berkata :


"Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"


dia menunjuk ke tanah ladang itu dan di atas lahan pertanian dia bentangkan secarik tikar pandan kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran airnya bening dan dingin mengalir beraturan tanpa kata dia berwudhu duluan aku pun di bawah air itu menampungkan tangan


ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran.


Taufiq Ismail
Jeddah, 30 Januari 1988

Sungai Kehidupan

Kehidupan selalu mengalir seperti sungai di tengah dua tepian
kebahagiaan dan penderitaan, sisi keberhasilan dan kegagalan.

Sukses dan gagal adalah peristiwa bukan tujuan akhir kehidupan.



Oleh karena itu, manusia senantiasa mengalir sampai akhirnya
bertemu dengan muara kehidupan sebagaimana kehendak sang pencipta.

FASI (Festival Anak Sholeh Indonesia)

Biarpun badan rasanya hancur tapi aku harus berangkat mendampingi anakku yang TPA-nya ikut lomba FASI (Festival Anak Sholeh Indonesia) se-Bandung. Berhubung istriku tidak bisa mengantarkan, maklum baru punya bayi umur 2 bulan. Pagi-pagi anaku ke-2 ku sudah bangun, dengan semangat dia persiapkan diri untuk ikut lomba. ”Kata Ibu Guru, jam 08.00 harus berangkat”, begitu pesan anaku pada istri.


Sambil naik motor aku mengikuti rombongan dari belakang. Rombongan diberangkat menggunakan 2 mobil yang disediakan oleh salah satu dari orang tua anak. Alhamdulillah sampai ditujuan acara belum dimulai. Bahkan baru sekitar jam 10 lebih sedikit acara dimulai, dengan diawali oleh banyak sambutan dari para pejabat daerah dan penyelenggara. Ternyata acara memang ramai dan jenis yang dilombakan banyak sekali, lomma busana muslim, tilawah Al Qur’an, hafalan Al Qur’an, cerdas cermat agama, adzan, mewarnai, dll masih banyak lagi, termasuk senam anak sholeh.


Diantara sekian banyaknya lomba anaku termasuk ikut lomba senam anak sholeh, yang pesertanya per kelompok. Karena pag-pagi sekali pak Farhan (bapak RW dikomplek) sudah mendaftarkan kelompok peserta dari TPA dimana anaku belajar mengaji, maka wajar kalau dapat urutan no.1 untuk tampil. Dengan persiapan 2 hari untuk melatih senam santri, menurutku tidak cukup untuk bisa tampil maksimal. Tapi itu tidak masalah bagi anak-anak karena mereka tetap ceria, bisa tampil dan ikut meramaikan bursa festival.

Benar, saat mereka tampil, penampilan mereka tidak meyakinkan dan lebih terlihat tidak hafal dengan gerakan-gerakan yang sudah diajarkan ibu gurunya. Aku melihat bagaimana ekspresi wajah-wajah para guru dan orang tua yang ikut hadir, terlihat kecewa.


Saat peserta kelompok ke-2 tampil, dengan seragam yang lebih bagus dengan gerakan yang lebih meyakinkan dibarengi tepuk tangan ibu-ibu pendukung yang hadir, salah satu guru TPA anaku terlihat sangat kecewa. Ingin melihat penampilan peserta ke-2 tapi semakin dilihat semakin kecewa. Sambil berucap,”aduh kecewa aku”. Aku tersenyum-senyum, kulihat ekspresi anak-2 binaannya tetap terlihat ceria dan tidak menunjukan kesedihan. Bagi anak-anak sepertinya bukan masalah menang dan kalah. Mereka tetap terlihat bahagia.


Anak-anak itu memang tidak tahu bahwa mereka harus menyenangkan guru dan orang tuanya. Anak-anak itu tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya adalah alat untuk menunjukan eksistensi para orang-orang yang diakatan tua. Memang seharusnya bukan FASI tapi FOTSI (Festival Orang tua Sholeh).

Panggung Sandiwara

Ramainya panggung sandiwara

Dan semakin ramai

Meriahnya pakaian pemerannya

Tokoh-tokoh bermunculan lengkap dengan topengnya

Cerita panggung semakin mempesona


Saling berebut peran terhormat

Nilai kohormatan ditentukan dari tokoh yang diperankan

Begitulah anggapannya

Mereka tidak menyadari

Bagi Sang Sutradara men-Jiwa-i lakon adalah lebih mulia

Tidak menyimpang dari ke-asli-an perannya