Minggu, 30 Desember 2012

PUISI KABIR

Kabir adalah seorang pengarang ternama di India. Ia seorang Guru yang tercerahkan yang hidup kira-kira lima hingga enam ratus ratus tahun lalu. Ia tidak kaya dan hidup sebagai tukang sepatu. Walaupun uangnya amat sedikit, ia sangat baik hati. Seringkali jika ada tamu, ia minta istrinya untuk meminjam uang atau berutang makanan untuk menjamu mereka.

Puisi Kabir sangat populer di kalangan masyarakat, dan ia tetap merupakan nama yang terkenal hingga kini. Setiap orang India Timur mengenal namanya. Puisi-puisinya ditandai dengan sindiran dan bait-bait rohaniNya ditulis dengan amat indah. Saya ingat satu puisi pendeknya, yang sungguh sinis. Pada puisi itu, ia menertawakan para rahib palsu yang merupakan praktisi rohani yang jelek dan yang malu mendengar kata-katanya. Mungkin ia punya "paruh" yang tajam seperti ini. Ia meninggalkan sejumlah besar ceramah, puisi dan makalah, tapi tidak satu foto pun, maka orang tak bisa membayangkan bagaimana rupanya. Tapi saya tidak meragukan, bahwa ia punya lidah yang tajam!
 
Puisi Kabir (Kabir adalah seorang pengarang ternama di India)

Lihatlah ke Dalam Batin
Rusa kasturi meneliti melalui pohon-pohon hutan,
Akan harum yang mempesona dan menyenangkan.
Tapi selama ia mencari, tanpa mengetahui,
Dari dirinya sendiri, kasturi itu sedang bertumbuh
Begitu pula Tuhan berada dalam setiap makhluk,
Tapi kita mencari-Nya ke luar.
Kita cari Ia dan hidup tanpa melihat.
Yang tak terbatas tidaklah terbatas pada ruang manapun,
KehadiranNya mengisi setiap tempat.
 
Bagi mereka yang mengenal Tuhan, Ia dekat di tangan,
Dekat pada mereka, Ia kan selalu berdiri.
 
Bagi mereka yang bersikeras bahwa Tuhan itu jauh adanya,
Tak diragukan amatlah jauh dari mereka adanya,
Tuhan sangat jauh, itu pemikiranku dahulu,
Tapi kini kutahu Tuhan bersemayam pada setiap orang.
 
Bagi mereka yang tak tahu siapa mereka sebenarnya,
Meskipun Tuhan sangatlah dekat,
bagi mereka Ia amatlah jauh.
Meninggalkan ladang yang sedang mereka bajak,
Manusia berkumpul di kuil untuk upacara penyembahan ritual.
 
Tapi Tuhan bersemayam dalam lubuk hatimu,
Masuki kuilNya dan jangan pernah tinggalkan.

Cahaya dan Suara
Dalam dirimu sendiri musik bernyanyi tanpa henti,
Senar yang bergetar bukanlah penyebabnya,
Musik ini berasal dari Firman, kata Kabir.
Ia menembus dengan gaib untuk didengar semua orang,
Suara yang suci ini membebaskan para pencari,
Lalu tak lagi ia dalam cengkeraman Maya.
Firman itu lebih dari nama sederhana,
Melalui kuasa Firman itu tak ada ikatan yang tertinggal,
Firman itu menenangkan, dan mencairkan segala keinginan,
Ia memadamkan kobaran api duniawi.
Tapi semua perkataan hanyalah memberikan derita,
Tak ada damai atau kebenaran yang dapat mereka bantu untuk kau peroleh.
Nilai Firman itu tak ada harta yang bisa mendekati,
Hanyalah pengikut sesungguhnya yang tahu Kebenaran ini, kata Kabir.
 
Permata dan manikam dapat dengan mudah dicari,
Tapi Nama Tuhan tak bisa dibeli.
Bagi dunia yang menderita ini kau temukan aku menangis,
Bagi dunia yang patetik ini kau temukan aku mengeluh.
 
Tapi orang yang tahu Firman itu akan menjadi satu-satunya yang akan menangis bersamaku,
Firman itu begitu penuh kuasa,
Ia bisa mengilhami raja untuk mundur dan pensiun.
Orang yang berhenti dan berpikir dengan hati-hati untuk melihat
Arti dari Firman itu, amat beruntunglah ia.
 
Gelap gulita muncul tanpa Firman,
Kemana kau bisa pergi kalau kau tak pernah mendengar.
Hingga seorang menemukan pintu Firman itu,
Ia pun tanpa tujuan mengembara selamanya.
Melingkupi dunia keraguan mengendalikan,
Orang yang berhasil mengatasinya adalah jiwa yang langka.
Ada jalan keluar dari jejak keraguan,
Mempelajari Firman itu adalah satu-satunya jalan.
 
Sang Guru telah membangun suatu gedung indah,
Khusus dirancang bagi pengembangan rohani.
Karena sekilas pandang kekasih dalam istana ini begitu tingginya,
Seberkas cahayaNya Tuhan sediakan.
 
Kegaiban yang gelap dari malam pun sirna,
Ketika matahari bersinar untuk memulai harinya.
Pada saat Cahaya memasuki hatimu,
Maka ragu dan khayal semua pun akan lenyap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar