
Kata-kata sholat, sholawat, sholli, dan shollu berasal dari akar kata yang sama dengan "shillah, shillatun" yang berarti "sambung", contohnya seperti istilah : shillaturrohim = menyambung kasih sayang.
Sholat adalah ketersambungan/keterhubungan antara ciptaan dengan penciptanya. Usholli adalah niat untuk berhubungan (niat untuk sholat), shollu- sambung/hubungan, dan sholawat adalah sambungnya makhluq dengan Tuhan melalui Rosulullah saw. Barangsiapa sholat (sambung dengan Tuhan) tentu bersholawat (melalui perantara), dan siapapun yang sungguh-sungguh sholawat maka tentu sholat (sambung dengan Tuhan).
Banyak nasehat para ilmuwan agama mengatakan, "jadikanlah semua aktivitasmu sehari-hari itu ibadah". Dan dalam kenyataannya antara kenyataan hidup sehari-hari dengan spiritual itu bersatu, bukan dua hal yang terpisah. Ini artinya sehebat apapun seseorang melakukan ritual ibadah selama tidak sambung dengan Tuhan, sebenarnya belum sholat, belum ibadah. Sebaliknya seremeh apapun aktivitas seseorang selama dia sambung dengan Tuhan, sebenarnya sholat, ibadah.
Perintah Tuhan dalam Al-Qur'an "Innalloha wa malaikatahu yushollu na ala nabi ..." Sesungguhnya Allah dan malaikat bersholawat kepada nabi.
Nabi dan utusan (perantara) Tuhan adalah manusia pilihan Tuhan sebagai wadah maujud/bertajali-nya citra Tuhan. Siapapun yang memuji citra itu tentu saja hakekatnya memuji Sang Pemilik Citra. Maka tatkala Sang Pemilik Citra bersholawat sebenarnya Dia memuji Diri-Nya. Maka sebenarnya tiada yang bisa memuji Dirinya kecuali Dia sendiri, tiada yang bisa sholat terkecuali Dia, dan makhluq hanyalah makmum semata. "Diam ya Muhammad, Tuhanmu sedang sholat".
"Karena tidak ada yang lebih indah dari-Mu, maka aku bawakan cermin untuk-Mu"-(Rumi).
Subang, 26 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar