Suatu malam, seorang Inspektur Polisi menemukan pemabuk tergeletak di bawah suatu dinding. "Hai kau!" sapanya,
"Apa yang telah kau minum?"
"Aku telah meminum apa yang ada dalam guci itu,"
jawab pemabuk. "Tentu saja," lanjut Inspektur Polisi,
"tetapi apa yang ada di dalam guci itu?" "Apa yang telah kuminum ada di dalam guci itu," pemabuk itu menegaskan.
"Sayangnya itu sekarang tersembunyi dalam dirimu,"
keluh Inspektur Polisi, yang jengkel oleh lingkaran setan
yang dirasakannya berputar-putar. Karena merasa seperti
keledai yang berupaya keluar dari lumpur,
ia memaksa, "Baik, mari kita periksa.
Buka mulutmu. Ayo sekarang katakan 'Ahhhhh!'"
Pemabuk itu langsung tertawa, "Ha! Ha! Ha!"
"Aku suruh engkau mengatakan 'Ah!' Apa
maksudnya 'Ha!'?" bentak Inspektur itu.
"'Ah!' menggambarkan penderitaan dan kesedihan.
'Ha!' adalah ungkapan
senang pemabuk," pemabuk itu menjelaskan.
"Apa yang coba engkau jelaskan sekarang?
Jangan coba mempengaruhiku dengan omong kosong
mistis atau mengikatku dalam perdebatan esoteris—
jalan saja," perintah Inspektur itu.
"Tersesatlah dirirau. Aku tidak sedang mengukuhkan
apa pun. Andai aku masih terpenjara dalam pemahaman
tertentu tentang ekistensi kita yang tidak hakiki ini,
aku akan berdiri di atas mimbar dengan para
ruhaniawan profesional mendermakan kata-kata hampa,"
ujar si pemabuk. "Cukup sudah!" ujar Inspektur,
"kau mabuk dan kau ikut aku ke penjara."
"Inspektur yang terhormat," ejek pemabuk, "sudilah
Anda berbaik hati kepada seorang yang telanjang.
Andai aku dapat berjalan pulang,
aku sudah melakukannya beberapa jam yang lalu.
Maka perbincangan menyenangkan yang kita lakukan
tidak akan pernah terjadi."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar