Rabu, 20 Januari 2010

Kalah Sama Keyakinan Tukang Sulap


Tidak biasanya Joko Linglung meninggalkan pengajian sebelum selesai ditutup Pak Kyai. "Kenapa meninggalkan pengajian Lung ?", tanya kawannya. "Lha gimana gak pingin keluar tho Kang, lha wong Pak Yai itu kalo habis ngasih nasehat gak yakin dengan nasehatnya itu je". "Maksudmu ?" tanya kawannya. "Setiap mengakhiri nasehatnya Pak yai selalu bilang "Begitu nasehat dari para guruku, dan mungkin begitulah yang benar".

"Lho itu kan baik, bahasa yang merendah", nasehat kawannya. "Iya tapi saya merasa, bagamaimana saya sebagai murid dapat menjalani dengan penuh keyakinan, sementara Pak Yai yang memberikan nasehat saja gak yakin dengan omongannya". sanggah Joko Linglung. Sambil ngluntrung pergi Joko Linglung berbisik ngedumel, "Mosok kalah sama keyakinan tukang sulap".

D, 21 Desember 2010

Minggu, 17 Januari 2010

MABUK

Suatu malam, seorang Inspektur Polisi menemukan pemabuk tergeletak di bawah suatu dinding. "Hai kau!" sapanya,
"Apa yang telah kau minum?"
"Aku telah meminum apa yang ada dalam guci itu,"
jawab pemabuk. "Tentu saja," lanjut Inspektur Polisi,
"tetapi apa yang ada di dalam guci itu?" "Apa yang telah kuminum ada di dalam guci itu," pemabuk itu menegaskan.
"Sayangnya itu sekarang tersembunyi dalam dirimu,"
keluh Inspektur Polisi, yang jengkel oleh lingkaran setan
yang dirasakannya berputar-putar. Karena merasa seperti
keledai yang berupaya keluar dari lumpur,
ia memaksa, "Baik, mari kita periksa.
Buka mulutmu. Ayo sekarang katakan 'Ahhhhh!'"
Pemabuk itu langsung tertawa, "Ha! Ha! Ha!"
"Aku suruh engkau mengatakan 'Ah!' Apa
maksudnya 'Ha!'?" bentak Inspektur itu.
"'Ah!' menggambarkan penderitaan dan kesedihan.
'Ha!' adalah ungkapan
senang pemabuk," pemabuk itu menjelaskan.
"Apa yang coba engkau jelaskan sekarang?
Jangan coba mempengaruhiku dengan omong kosong
mistis atau mengikatku dalam perdebatan esoteris—
jalan saja," perintah Inspektur itu.
"Tersesatlah dirirau. Aku tidak sedang mengukuhkan
apa pun. Andai aku masih terpenjara dalam pemahaman
tertentu tentang ekistensi kita yang tidak hakiki ini,
aku akan berdiri di atas mimbar dengan para
ruhaniawan profesional mendermakan kata-kata hampa,"
ujar si pemabuk. "Cukup sudah!" ujar Inspektur,
"kau mabuk dan kau ikut aku ke penjara."
"Inspektur yang terhormat," ejek pemabuk, "sudilah
Anda berbaik hati kepada seorang yang telanjang.
Andai aku dapat berjalan pulang,
aku sudah melakukannya beberapa jam yang lalu.
Maka perbincangan menyenangkan yang kita lakukan
tidak akan pernah terjadi."

Gila Demi Perubahan

..................................
Engkau telah berusaha berpikir sehat
dan itu tak mengantarmu kemanapun.
Cobalah gila demi sebuah perubahan.

Cinta Gila

Engkau tak akan bisa merebut hati Kekasih kecuali dengan menjadi gila.

Jelas Gila

Mereka yang pura-pura waras
dalam dunia yang sedemikian gila
jelas-jelas gila.

Kamis, 07 Januari 2010

INILAH RUMAH YANG COCOK UNTUKKU

Baiti jannati, rumahku surgaku.....begitulah pesan Kanjeng Nabi. Rupanya rumah itu memang fasilitas pokok hidup manusia di dunia, yang tidak hanya berfungsi melindungi secara fisik tapi juga melindungi secara batin. Maka wajar kalo banyak orang menghiasi rumahnya dengan banyak pernak-pernik asesoris agar terlihat indah. Disisi batin juga harus dihiasi dengan laku hidup yang baik, kalo dalam agama islam disimbolkan dengan membaca Al-Qur'an.

Di Rumahku yang kecil ini akupun mencoba menghiasinya dengan hal-hal yang menurutku baik. Walaupun di depan rumah sudah terpajang "Rumah Orang Gila", jangan sampai orang yang melihat rumah ini benar-benar ikut gila. Minimal kegilaan itu tidak menular bagi yang melihat apalagi orang yang memasuki.

Setelah lama merantau, keluar dari rumah ini dan hanya kadang-kadang kutengok sesaat untuk sekedar bersih-bersih dan selanjutnya aku pergi lagi. Merantau kesana kemari mencari sesuatu yang bermakna dalam hidupku, yang ketemukan hanya sekedar petunjuk jalan. Aku ikuti terus petunjuk itu dan akhirnya petunjuk itu berakhir di pintu gerbang sebuah rumah, yang di depannya tertulis "Rumah Orang Gila".

Dengan agak terkejut dan setengahnya ragu campur bahagia karena kembali ke rumah sendiri. Terkejut dan ragu, apa iya, apa yang aku cari ada di rumah yang kecil, gelap dan sangat sederhana ini. Lama sebelumnya, aku tinggali justru tidak ditemukan apa-apa di rumah ini. Yang kutemukan hanya kebosanan, kesumpekan, ketidakbanggaan dengan rumah ini. Malah seringkali aku menginginkan dapat punya rumah yang bagus, indah dan terpandang dimasyarakat. Bukan rumah yang seperti ini. Namun demikian petunjuk arah itu seolah-olah memaksaku melalui sifat kepanasaranku untuk membuktikan kebenaran petunjuk itu. Semoga apa yang kucari selama ini "makna hidup" itu memang kutemukan di rumah ini.