LEMAH
melihat mata
mendengar telinga
kemana arah
tangan harus menengadah
teriakan harus mengarah
debu terbang
lemah tidak berdaya
kehendak angin membawa
wahai Angin
akulah debu
limpahkanlah kasihMu
bisikanlah kehendakMu
kemana aku akan Kau bawa
Jumat, 26 Agustus 2016
Kamis, 27 Agustus 2015
Menikmati tanpa Kata
Haru
Tangis
Senyum
Tawa
apa adanya
bambu berderit nyeri
bunga anggrek merekah indah
ular mendesis marah
perempuan mendesah gairah
jujurlah
rasa sedih senang datang
tanpa bisa ditentang
menyergap menyerang
menyerah
mengAllah
D 27092015
Tangis
Senyum
Tawa
apa adanya
bambu berderit nyeri
bunga anggrek merekah indah
ular mendesis marah
perempuan mendesah gairah
jujurlah
rasa sedih senang datang
tanpa bisa ditentang
menyergap menyerang
menyerah
mengAllah
D 27092015
Rabu, 26 Agustus 2015
Syi'ir Tanpo Waton
استغفر الله ربّ البرايا # استتغفر الله من الخطا يا
ربّي زدني علما نافعا # ووفّقني عملا صالحا
يا رسول الله سلام عليك # يا رفيع الشان و الدرج
عطفة يا جيرة العالم # يا أهَيل الجود والكرم
astaghfirullah robal baroya
astaghfirullah minal khotoya
rabbi zidni ilman nafia
wawafiqni amalan sholihan
Ya rasulalla salamun alaik
ya rafi asyani waddaraji
atwatayyaji ratalalami
ya uhai laljuu diwal karami
ngawiti ingsun nglarar syiiran
kelawan muji maring pengeran
kang paring rohmat lan kenikmatan
rino wengine tanpa pidungan 2x
duh bolo konco priyo wanito
ojo mung ngaji syareat bloko
gur pinter dongeng nulis lan moco
tembe burine bakal sangsoro 2x
akeh kang apal quran hadise
seneng ngafirke marang liyane
kafire dewe dak digatekke
yen isih kotor ati akale 2x
gampang kabujuk nafsu angkoro
ing pepahese gebyare dunyo
iri lan meri sugihe tonggo
mulo atine peteng lan nisto 2x
ayo sedulur jo ngelaleake
wajibe ngaji sak pranatane
nggo ngandelake iman tauhide
baguse sangu mulyo matine 2x
kang aran sholeh baguse atine
kerono mapan sari ngelmune
laku thoriqah lan makrifate
ugo hakekat manjing rasane 2x
al quran qadim wahyu minulyo
tanpa tinulis iso diwoco
iku wejangan guru waskito
den tancepake ing jero dodo 2x
kumantil ati lan pikiran
mrasuk ing badan kabeh jeroan
mukjizat rosul dadi pedoman
minongko dalan manjinge iman 2x
kelawan Allah kang moho suci
kudu rangkulan rino lan wengi
ditirakati diriyadhahi
dzikir lan suluk jo nganti lali 2x
uripe ayem, rumongso aman
dununge roso tondo yen iman
sabar narimo najan paspasan
kabeh tinakdir saking pengeran 2x
kelawan konco dulur lan tonggo
kang podho rukun ojo nesio
iku sunahe rasul kang mulya
nabi Muhammad panutan kito 2x
ayo nglakoni sekabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
senajan asor toto dhohire
ananging mulya maqom drajate 2x
Ya rasulalla salamun alaik
ya rafi asyani waddaraji
atwatayyaji ratalalami
ya uhai laljuu diwal karami
Selasa, 25 Agustus 2015
Awal Dari Sebuah Perjalanan
Seseorang bertanya kepada Yusuf bin al-Husain:
“Apakah yang harus aku lakukan agar aku bisa dekat dengan Tuhan?”, tanyanya.
“Ceritakan rahasiamu kepadaNya, dan jangan sampai ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui rahasianya. Melalui hal itu, sebuah tali keimanan akan tumbuh kepada Sang Ilahi.
Orang itu melanjutkan pertanyaannya: “Hanya itukah yang akan membantuku dekat denganNya?”
“Dirikan hubungan yang teguh di awal perjalanan spiritualmu. Beribadahlah. Memiliki niat yang kuat juga penting. Dan jika memungkinkan, nikmati kesunyian, itu akan lebih baik.” Jawab al-Husain.
“Tetapi bagaimana aku mencapai tahap dimana aku bisa berkomunikasi denganNya?” tanyanya kembali.
“Aku telah menjelaskan apa yang engkau butuhkan” kata al-Husain. Tetapi engkau ingin mencapai sebuah akhir sebelum engkau memulainya, dan hal itu tidak mungkin.
“Apakah yang harus aku lakukan agar aku bisa dekat dengan Tuhan?”, tanyanya.
“Ceritakan rahasiamu kepadaNya, dan jangan sampai ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui rahasianya. Melalui hal itu, sebuah tali keimanan akan tumbuh kepada Sang Ilahi.
Orang itu melanjutkan pertanyaannya: “Hanya itukah yang akan membantuku dekat denganNya?”
“Dirikan hubungan yang teguh di awal perjalanan spiritualmu. Beribadahlah. Memiliki niat yang kuat juga penting. Dan jika memungkinkan, nikmati kesunyian, itu akan lebih baik.” Jawab al-Husain.
“Tetapi bagaimana aku mencapai tahap dimana aku bisa berkomunikasi denganNya?” tanyanya kembali.
“Aku telah menjelaskan apa yang engkau butuhkan” kata al-Husain. Tetapi engkau ingin mencapai sebuah akhir sebelum engkau memulainya, dan hal itu tidak mungkin.
Menginginkan Jalan Pintas
“Mengapa engkau menghabiskan waktu kami dalam mencari Tuhan jika engkau begitu mengenalNya dengan baik?”, tanya para murid Hasan al-Bashri. “Engkau bisa langsung menjelaskan kepada kami seperti apa Dia.”
“Benar”, jawab Hasan al-Bashri. Tetapi hal ini terjadi karena suatu hari ketika aku sedang berdiri didepan sebuah rawa-rawa, aku melihat ada seorang pria yang bersiap-siap untuk menyeberanginya. Aku berteriak: “Hati-hati disana, kau bisa terpeleset dibatunya dan engkau akan basah kuyup!”
Pria itu menjawab: “Jika itu terjadi, hanya aku yang akan kotor. Jadi Hasan, jika kau terpeleset dan jatuh di jalanmu, seluruh muridmu akan ikut terpeleset dan jatuh bersamamu.”
“Pada saat itu aku mengerti bahwa Tuhan adalah suatu pencarian pribadi, setiap orang bertanggungjawab atas pencariannya. Seorang master bisa berbagi pengalamannya, tetapi tidak pada hasilnya.”
“Benar”, jawab Hasan al-Bashri. Tetapi hal ini terjadi karena suatu hari ketika aku sedang berdiri didepan sebuah rawa-rawa, aku melihat ada seorang pria yang bersiap-siap untuk menyeberanginya. Aku berteriak: “Hati-hati disana, kau bisa terpeleset dibatunya dan engkau akan basah kuyup!”
Pria itu menjawab: “Jika itu terjadi, hanya aku yang akan kotor. Jadi Hasan, jika kau terpeleset dan jatuh di jalanmu, seluruh muridmu akan ikut terpeleset dan jatuh bersamamu.”
“Pada saat itu aku mengerti bahwa Tuhan adalah suatu pencarian pribadi, setiap orang bertanggungjawab atas pencariannya. Seorang master bisa berbagi pengalamannya, tetapi tidak pada hasilnya.”
Kamis, 26 September 2013
Sudah Lama ku Tinggalkan
Rasanya sudah lama rumah persinggahanku ini ku tinggalkan. Walaupun catnya masih bersih namun di sana sini banyak berdebu, persis sama berdebunya dengan diriku. Kluyuran ke sana kemari mencari sesuatu yang sifatnya duniawi. Dan disaat lelah seperti ini aku rindu untuk singgah sesaat di rumah ini, rumah di mana aku pernah gila di sini. Untuk suatu saat menuju ke rumah peristirahatan yang Agung.
Wahai yang menguasai segalanya, jadikalah rumah persinggahan ini sebagai tempat memulihkan dan membersihkan rohaniku. Yang sering kali terkotori oleh debu. Dalam perjalanan kehidupanku. Segalanya kuserahkan kepadaMu. Karena Engkaulah yang Maha Tahu.
Bpp, 27 September '13
Wahai yang menguasai segalanya, jadikalah rumah persinggahan ini sebagai tempat memulihkan dan membersihkan rohaniku. Yang sering kali terkotori oleh debu. Dalam perjalanan kehidupanku. Segalanya kuserahkan kepadaMu. Karena Engkaulah yang Maha Tahu.
Bpp, 27 September '13
Minggu, 30 Desember 2012
AWAN KETIDAKTAHUAN
Allah Yang Tak Dikenal tidak mungkin dikenal dengan instrumen pikiran. Bagaimana mungkin Allah Yang Tak Terbatas bisa dikenali dengan instrumen pikiran yang terbatas? Karenanya, untuk mengenal Allah, pikiran ini mesti be...rakhir, termasuk pikiran kita tentang Allah.
Kita sering berelasi dengan Allah seperti kita berelasi dengan seekor sapi. Kita membutuhkan sapi karena kita menyukai susunya, kejunya, dagingnya, kotorannya yang bisa dipakai sebagai pupuk, dan seterusnya. Kita berelasi dengan Allah sering kali karena kita mempunyai motif. Pikiran dan keinginan kita telah membentuk gambaran-gambar-an kita sendiri tentang Allah. Allah sering kita sebut baik, kalau memenuhi keinginan kita. Allah kita sebut tidak adil, kalau tidak bisa memenuhi keinginan kita. Kita berelasi dengan Allah hanya sejauh Allah relevan dengan pengalaman kita.
Bagaimana mungkin Allah Yang Tak Terbatas bisa disentuh secara langsung dengan isi pengalaman yang serba terbatas?
Ide, konsep, gambaran, ajaran tentang Allah atau tentang Kebenaran bukan Allah atau Kebenaran itu sendiri. Kata tidak sama dengan apa yang dikatakan. Kata hanya menunjuk pada realitas dan hanya
bermakna sebagai penunjuk realitas. Ketika realitas itu sudah dikenal, maka kata tidak punya makna lagi. Gambaran atau ajaran tentang Allah sering kali kita pegang sebagai sebuah kebenaran, padahal itu semua bukan Kebenaran yang sesungguhnya, bukan Kebenaran Yang Hidup.
Fungsi pertama dari pikiran adalah untuk mengenal sesuatu yang ditangkap oleh indra dengan memberinya nama. Kemudian, pikiran membuat pemisahan dan menggerakkan relasi antara subjek dan objek. Pengalaman dalam relasi antara subjek dan objek tersebut sering kali meninggalkan jejak ingatan dalam otak kita. Ingatan ini kemudian dipakai untuk merespons rangsangan dari luar atau di dalam batin. Itulah mengapa pikiran terkondisi oleh ruang dan waktu.
Jelaslah bahwa pikiran tak akan mampu mengenal Kebenaran Yang Hidup secara langsung.
Meskipun pikiran tak akan mampu menangkap Kebenaran Yang Hidup, mengapa orang sering terjebak pada kesesatan dengan memegang ajaran, dogma, atau kebenaran jenis tertentu sebagai yang paling benar? Mengapa orang mudah lari kepada gambaran Tuhan tertentu, yang sebenarnya bukan Tuhan yang sesungguhnya?
Bukankah orang dalam hidup ini hanya menemukan rasa tidak aman, tidak pasti, tidak kekal, tidak membahagiakan? Karena itu ada gerak keinginan untuk mencapai rasa aman, kepastian, kekekalan, kebahagiaan; dan pikiran menemukan semua itu di dalam entitas yang disebut Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan yang sesungguhnya bisa ditangkap oleh pikiran?
Semua pelarian itu adalah hasil dari gerak pikiran. Bukankah ketika pikiran yang tidak sungguh kita butuhkan terus bergerak, sudah timbul rasa takut? Ketakutan adalah ketidakberanian - untuk menghadapi fakta apa adanya. Adalah fakta bahwa kehidupan ini penuh penderitaan, ketidakpastian, - ketidaknyamanan -, dan seterusnya.
Tetapi orang cepat-cepat lari dari kenyataan itu dengan mengembangkan gambaran tentang Allah, kesucian, hidup abadi, iman yang benar, dan seterusnya. Kemudian orang melekat pada gambarannya sendiri tentang Allah atau kebenaran, serta menciptakan konflik bagi dirinya sendiri dan konflik satu dengan yang lain.
Untuk mengenal Allah yang tidak bisa dijangkau dengan pikiran, seluruh pengetahuan kita mesti berhenti. Bisakah batin bebas dari pengetahuan dan seluruh isi pengalaman? Berhentinya pikiran dan seluruh isi batin, seperti membuat kita masuk ke dalam “awan ketidaktahuan.” - Batin menjadi diam, bebas dari segala yang dikenal.
Di sanalah Allah Yang Tak Dikenal mungkin akan dikenal oleh batin yang diam.
Johanes Sudrijanta, SJ
===============
Catatan HUDOYO HUPUDIO:
"The Cloud of Unknowing" (Awan Ketidaktahuan), sebuah risalah mistisisme Kristiani abad ke-14 M, yg tak diketahui penulisnya, dari Inggris
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Cloud_of_Unknowing
Kita sering berelasi dengan Allah seperti kita berelasi dengan seekor sapi. Kita membutuhkan sapi karena kita menyukai susunya, kejunya, dagingnya, kotorannya yang bisa dipakai sebagai pupuk, dan seterusnya. Kita berelasi dengan Allah sering kali karena kita mempunyai motif. Pikiran dan keinginan kita telah membentuk gambaran-gambar-an kita sendiri tentang Allah. Allah sering kita sebut baik, kalau memenuhi keinginan kita. Allah kita sebut tidak adil, kalau tidak bisa memenuhi keinginan kita. Kita berelasi dengan Allah hanya sejauh Allah relevan dengan pengalaman kita.
Bagaimana mungkin Allah Yang Tak Terbatas bisa disentuh secara langsung dengan isi pengalaman yang serba terbatas?
Ide, konsep, gambaran, ajaran tentang Allah atau tentang Kebenaran bukan Allah atau Kebenaran itu sendiri. Kata tidak sama dengan apa yang dikatakan. Kata hanya menunjuk pada realitas dan hanya
bermakna sebagai penunjuk realitas. Ketika realitas itu sudah dikenal, maka kata tidak punya makna lagi. Gambaran atau ajaran tentang Allah sering kali kita pegang sebagai sebuah kebenaran, padahal itu semua bukan Kebenaran yang sesungguhnya, bukan Kebenaran Yang Hidup.
Fungsi pertama dari pikiran adalah untuk mengenal sesuatu yang ditangkap oleh indra dengan memberinya nama. Kemudian, pikiran membuat pemisahan dan menggerakkan relasi antara subjek dan objek. Pengalaman dalam relasi antara subjek dan objek tersebut sering kali meninggalkan jejak ingatan dalam otak kita. Ingatan ini kemudian dipakai untuk merespons rangsangan dari luar atau di dalam batin. Itulah mengapa pikiran terkondisi oleh ruang dan waktu.
Jelaslah bahwa pikiran tak akan mampu mengenal Kebenaran Yang Hidup secara langsung.
Meskipun pikiran tak akan mampu menangkap Kebenaran Yang Hidup, mengapa orang sering terjebak pada kesesatan dengan memegang ajaran, dogma, atau kebenaran jenis tertentu sebagai yang paling benar? Mengapa orang mudah lari kepada gambaran Tuhan tertentu, yang sebenarnya bukan Tuhan yang sesungguhnya?
Bukankah orang dalam hidup ini hanya menemukan rasa tidak aman, tidak pasti, tidak kekal, tidak membahagiakan? Karena itu ada gerak keinginan untuk mencapai rasa aman, kepastian, kekekalan, kebahagiaan; dan pikiran menemukan semua itu di dalam entitas yang disebut Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan yang sesungguhnya bisa ditangkap oleh pikiran?
Semua pelarian itu adalah hasil dari gerak pikiran. Bukankah ketika pikiran yang tidak sungguh kita butuhkan terus bergerak, sudah timbul rasa takut? Ketakutan adalah ketidakberanian - untuk menghadapi fakta apa adanya. Adalah fakta bahwa kehidupan ini penuh penderitaan, ketidakpastian, - ketidaknyamanan -, dan seterusnya.
Tetapi orang cepat-cepat lari dari kenyataan itu dengan mengembangkan gambaran tentang Allah, kesucian, hidup abadi, iman yang benar, dan seterusnya. Kemudian orang melekat pada gambarannya sendiri tentang Allah atau kebenaran, serta menciptakan konflik bagi dirinya sendiri dan konflik satu dengan yang lain.
Untuk mengenal Allah yang tidak bisa dijangkau dengan pikiran, seluruh pengetahuan kita mesti berhenti. Bisakah batin bebas dari pengetahuan dan seluruh isi pengalaman? Berhentinya pikiran dan seluruh isi batin, seperti membuat kita masuk ke dalam “awan ketidaktahuan.” - Batin menjadi diam, bebas dari segala yang dikenal.
Di sanalah Allah Yang Tak Dikenal mungkin akan dikenal oleh batin yang diam.
Johanes Sudrijanta, SJ
===============
Catatan HUDOYO HUPUDIO:
"The Cloud of Unknowing" (Awan Ketidaktahuan), sebuah risalah mistisisme Kristiani abad ke-14 M, yg tak diketahui penulisnya, dari Inggris
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Cloud_of_Unknowing
Langganan:
Postingan (Atom)